Jakarta – Cakranusantara.net | Maraknya Juru Parkir (Jukir) liar di Minimarket, menjadi pertanyaan warga masyarakat sekitar, pertanyakan bekingnya siapa. Pasalnya, mereka berani melakukan parkir liar di minimarket Daerah Jakarta.
Dr. Kurnia Zakaria menanggapi hal itu, bahwa sebetulnya mereka adalah bagian dari aparat keamanan rt/rw setempat atau anggota Ormas tertentu yang menguasai lahan, tetapi mereka biasanya ada setoran baik ke pihak polsek maupun dishub dan satpol PP per periode, perminggu bisa juga perbulan,
“Ada juga setoran ke pemilik lahan /ormas penguasa lahan maupun ke kas rt/rw. Rata-rata jukir itu pengangguran dan diduga suka minum. Mereka juga disinyalir sering kedapatan pakai obat maupun narkoba,” terangnya, Jum’at (17/5/2024).
Kalau dari teori subkultur pekerjaan Jukir liar adalah pekerjaan yang paling mudah didapatkan tidak perlu persyaratan, cukup modal berani, nekad, kuat berpanas-panasan, berdebu, dan pertemanan. Pekerjaan ini juga penuh dengan persaingan antar kelompok karena menjanjikan penghasilan tetap dan tidak perlu keluar tenaga maupun pikiran, santai pekerjaannya. Siapa yang kuat itu yang menang.
“Tentu saja orang-orang yang bekerja penggunaan, rendah segi tingkat pendidikan, malas, tidak punya kemampuan skill apapun, mudah putus ada, suka nongkrong-nongkrong, maka ini kategori kejahatan jalan premanisne, pengemis dan penganen,” ujarnya.
Jukir liar pekerjaan paling mudah dan ringan, tidak perlu syarat pendidikan. Jam kerja diatur sendiri, serta baju bebas. Biasanya, jika ada video viral baru aparat beraksi, selama masih aman dibiarkan saja. Parkir gratis di kantor pemerintahan mengapa harus diberi karcis dan ada penunggunya, masalahnya tarif juga ditentukan bukan sukarela.
“Uang retribusi parkir adalah pendapatan pemda paling besar dibawah pajak pbb. Makanya mereka berinduk pada komunitas masyarakat setempat/ pemuda kampung atau Ormas Ormas tertentu. Mereka akan lebih kuat bila Ormas itu semakin besar dan dilibatkan kegiatan pejabat. Bila ada kesempatan berbeda tentu sangat pemimpinlah yang tampil dan akan mendapatkan pembagian paling besar, dan risiko ditanggung anak buah,” tandas Dr. Kurnia yang merupakan Pakar Hukum dan Dosen di sejumlah Universitas di Jakarta. (Rohman)
Komentar