oleh

Rafael Alun Trisambodo : KPK Diminta Telusuri Aliran Dana Bos Mayapada dan Periksa Perusahaan Groupnya

 

Jakarta – Cakranusantara.net | Kasus penganiayaan terhadap anak petinggi GP Ansor, David oleh Mario Dandy Satriyo tidak hanya merembet pada proses hukum ayahnya Rafael Alun Trisambodo (Rafael) yang merupakan bekas pejabat pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Tetapi kini merembet pada Direktur RS Mayapada, Grace Dewi Riady alias Grace Tahir, yang baru-baru ini diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama saksi lainnya. Karena terseret dalam kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU) Rafael, yang juga merupakan tersangka kasus dugaan gratifikasi.

Alasan KPK memeriksa anak konglomerat pemilik Mayapada Group dengan harta US$ 4,4 miliar atau setara dengan Rp 65,3 triliun menurut data Forbes The World’s Real-Time Billionaires per 12 Mei 2023, karena tim penyidik KPK menemukan nama Grace Tahir.

Grace Tahir dan pihak lainnya dianggap mempunyai informasi yang relevan untuk dimintai keterangan terkait kasus Rafael.

Seperti halnya dengan Rafael, maka KPK diminta untuk menelusuri aset-aset Grace Tahir guna membuat kasusnya terang benderang. Sebab ada kemungkinan Rafael menjalin kerja sama sebelumnya.

“Ada dugaan RAT dan GT ini bekerja sama, jadi KPK harus cross check, jangan hanya RAT yang dibidik,” kata Dr Kurnia Zakaria, pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia (UI), Sabtu (13/5) malam.

Jika keduanya telah lama menjalin kerja sama, maka patut diduga ada aliran-aliran dana yang tidak semestinya masuk ke dalam kekayaan Grace Tahir.

“Diketahui, selain menjabat sebagai Direktur RS Mayapada, Tahir juga tercatat dalam daftar pemegang saham PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. (Sona). Per 30 April 2023 ia mengempit 51,99 juta saham Sona yang setara dengan 15,70 persen,” lanjutnya.

Perusahaan ritel ini mengantongi pendapatan sebesar Rp142,32 milyar per 31 Maret 2023 atau naik dari pada tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp32,58 miliar. Lebih lanjut, semestinya KPK juga harus menelusuri aliran dana perusahaan Mayapada Group.

“Seperti yang ditegaskan KPK kemarin, bahwa akan memeriksa semua pihak yang diduga tahu TPPU Rafael. Maka KPK juga harus memeriksanya,” tegasnya.

Sebagai informasi, bahwa bisnis keluarga Tahir melalui Grup Mayapada membentang dari sektor properti, finansial, hingga kesehatan. Di lini properti, Mayapada mengoperasikan PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO). Per akhir 2022, MPRO mencatatkan rugi bersih Rp 29,18 miliar, membengkak 110,69 persen dibanding 2021 yang rugi Rp 13,85 miliar.

“Kerugian MPRO tersebut disebabkan oleh penjualan yang anjlok 78,4 persen menjadi Rp 14,46 miliar pada 2022 dibandingkan 2021 sebesar Rp 66,95 miliar,” lanjutnya.

Di sektor finansial, terdapat PT Bank Mayapada International Tbk. (Maya) yang 4,79 persen sahamnya dimiliki langsung oleh Dato’ Sri Tahir. Maya mengantongi pendapatan bunga sebesar Rp 2,08 triliun per Maret 2023 dan laba bersih Rp 35,51 miliar pada periode yang sama.

“Grup Mayapada juga menjalankan bisnis sektor kesehatan melalui perusahaan pengelola rumah sakit PT Sejahtera raya anugrah jaya Tbk. (SRAJ). Grace Tahir tercatat menjabat sebagai direktur utama (Dirut) perusahaan yang membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 541,62 miliar tersebut,” ujarnya.

Tahir juga tercatat dalam daftar pemegang saham PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. (Sona). Per 30 April 2023, ia mengempit 51,99 juta sahamnya Sona yang setara dengan 15,70 persen. Perusahaan ritel ini mengantongi pendapatan sebesar Rp 142,32 miliar per 31 Maret 2023 atau naik dari pada tahun sebelumnya sebesar Rp 32,58 miliar.

“Eskposur Grace Tahir pada bisnis konglomerasi tak berhenti sampai di situ. Dari keluarga sang ibu, Grace Tahir adalah cucu dari pendiri Lippo Group Mochtar Riady. Deretan perusahaan dalam gurita bisnis Lippo diperkirakan melayani sekitar 65 juta penduduk Indonesia,”

Mengutip keterangan dari situs resmi Lippo Group, konglomerasi ini tercatat mengepalai puluhan perusahaan dan 16 di antaranya merupakan perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memiliki kapitalisasi pasar hingga Rp 88,10 triliun. Ke-16 emiten itu terdiri atas PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF), PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR), PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA), PT Siloam International Hospitals (SILO), PT Link Net Tbk. (LINK), PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK), dan PT Multipolar Tbk. (MLPL).

“Lainnya adalah PT First Media Tbk. (KBLV), PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU), PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT), PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk. (GMTD), PT Lippo General Insurance Tbk. (LPGI), PT Star Pacific Tbk. (LPLI), PT Lippo Securities Tbk. (LPPS), PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk. (MFMI), serta PT Multi Prima Sejahtera Tbk. (LPIN),” ungkapnya mengakhiri pembicaraannya.

(*/Rmn)

Komentar

Tinggalkan Balasan