oleh

Menanam Damai lewat Kata, Perpustakaan Joglo Menjadi Jembatan Menyemai Kebaikan

Cakranusantara.net, Pati || Salah satu kegiatan paling esensial dalam program KKN-T Literasi IPB University di Perpustakaan Joglo Muktiharjo adalah kegiatan literasi yang tak hanya menyasar minat baca anak, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai damai dan persahabatan melalui buku.

Keunikan pendekatan ini terletak pada penggunaan buku-buku yang tidak semata berasal dari koleksi pemerintah, melainkan hasil penerjemahan mandiri oleh tim Perpustakaan Joglo, sebuah proses reflektif yang memperkaya materi sekaligus mempererat keterlibatan komunitas

Sebelum bantuan 1.000 buku berbahasa Indonesia dari pemerintah tiba, tim Joglo juga telah menerjemahkan beberapa buku dari koleksi Peace Library yang didukung oleh Friends Peace Teams. Ketika ditemukan beberapa judul yang sama, tim kemudian melakukan perbandingan isi dan mendapati adanya sejumlah perbedaan.

“Buku-buku dari pemerintah memang berbahasa Indonesia, tetapi terjemahannya tidak selalu sesuai dengan pendekatan yang kami terapkan di Joglo,” jelas Nadhif, salah satu pendamping anak/guru di Joglo.

Terjemahan versi Joglo cenderung lebih sederhana, kontekstual, dan mudah dipahami oleh anak-anak, serta disesuaikan dengan proses belajar yang aktif, reflektif, dan partisipatif.

Proses penerjemahan ini tidak sekadar alih bahasa, melainkan menyesuaikan dalam konteks lokal dalam memilih kata yang dirasa lebih mudah dalam menemukan makna alih makna dan nilai. Setiap buku diterjemahkan melalui tahapan panjang: mulai dari penyalinan teks per halaman, penerjemahan, diskusi interpretasi, kesepakatan makna, uji coba terhadap anak, pemilihan font, penempatan dan ukuran teks terjemahan, hingga penyusunan lesson plan yang berakar pada prinsip “hidup tanpa kekerasan/AVP (alternatif to violence project).”

Salah satu buku yang diinterpretasikan adalah A World of Kindness yang menjadi sumber pembelajaran tematik bertema perdamaian yang diinterpretasikan menjadi “Dunia Kebaikan”, tema ini bahkan ditarik dari peta perubahan pribadi dan sosial yang disusun dari materi hidup tanpa kekerasan/AVP (alternatif to violence project) (peta perdamaian yang disusun bersama.

Interpretasi Bahasa, Interpretasi Nilai

Dalam praktiknya, tim Joglo memaknai setiap kata dalam buku dengan diskusi mendalam. Sebelum masuk ke pembacaan di hadapan anak-anak, mereka terlebih dahulu mendiskusikan nada, makna, dan konteks setiap kalimat. Seperti yang disampaikan oleh Nanik guru/pendamping anak di Joglo, “Setiap kata yang ada di buku harus bisa diinterpretasikan ke dalam tindakan nyata, bukan sekadar dibaca. Kami mendiskusikan setiap kalimat, nada suara, hingga menyisipkan pertanyaan reflektif seperti ‘Kebaikan apa yang sudah kamu lakukan?’ untuk memantik kesadaran anak-anak dan menginternalisasi nilai-nilai kebaikan secara nyata”

Interpretasi buku di Joglo juga dilakukan dengan penuh kesadaran perkembangan anak. Tidak semua buku bantuan digunakan, hanya yang sesuai dengan semangat kurikulum damai yang dikembangkan selama delapan sampai sebelas minggu bersama anak-anak. Beberapa buku bahkan dijadikan dasar karya kreatif anak, seperti dalam sesi pameran tema ketiga bertema “Exploring My Earth”.

Lebih dari Sekadar Buku

Lebih dari sekadar penerjemahan teks, proses ini adalah interpretasi bahasa ke dalam tindakan. Buku bukan hanya dibaca, melainkan dijadikan dasar dalam merancang kegiatan, membangun diskusi, dan merancang lesson plan yang mendukung pertumbuhan anak secara utuh, emosional, sosial, dan spiritual.

Tim penerjemah Joglo terdiri dari fasilitator AVP (alternatif to violence project)/hidup tanpa kekerasan, volunteer perpustakaan, mahasiswa magang dari berbagai universitas dalam dan luar negeri, hingga guru/pendamping anak.

Mereka tak hanya menerjemahkan, tapi membangun makna bersama. Seperti kata Petrus, “Bagaimana Joglo mempunyai spirit dan standar tersendiri dalam menerjemahkan buku yang menjadi semangat kolektif yang lahir dari nurani.”

Perpustakaan Joglo menunjukkan bahwa membangun budaya baca dan literasi tak harus selalu bersandar pada bantuan formal. Keberanian untuk berpikir dan bertindak berbeda menjadi modal utama dalam membentuk generasi damai, reflektif, dan penuh empati.

Spirit kemandirian dan kedalaman inilah yang menjadi pembeda Joglo. Tidak sekadar mengikuti alur distribusi buku pemerintah, tim Joglo memilih jalan yang lebih menantang namun bermakna. Karena, bagi mereka, membangun dunia kebaikan dimulai dari kata dan tindakan, dari pemahaman yang utuh, dan dari keberanian untuk menerjemahkan dengan hati.

Joglo bukan sekadar tempat baca ia adalah ruang belajar, ruang berani, dan ruang interpretasi nilai-nilai kehidupan. Rabu (30/7/2025). Penulis : Jihadina Ashfa Afkarina

Komentar

Tinggalkan Balasan