
Cakranusantara.net, Jakarta || Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Geruduk ratusan warga Kabupaten Pati yang mengatasnamakan dirinya sebagai Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB). Lantaran, mereka menuntut keadilan agar segera menetapkan Bupati Pati Sudewo sebagai tersangka, Senin (1/9/2025).
Pasalnya, nama Sudewo juga telah tercatut oleh terdakwa Putu Sumarjana selaku Kepala Balai Teknik Perkeretaapian wilayah Jawa Bagian Tengah (BTP Jabagteng) dan Bernard Hasibuan selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BTP Jabagteng.
Dimana dalam dakwaan, Sudewo disebut sebagai pihak yang turut bersama-sama menerima suap dengan jumlah total sebesar Rp 18.396.056.750 terkait Paket Pekerjaan Pembangunan Jalur Ganda KA antara Solo Balapan-Kadipiro-Kalioso KM. 96+400 SD KM.104+900 (JGSS-06).
Aksi unjuk rasa yang dilakukan Masyarakat Pati Bersatu di depan KPK tak hanya membawa semangat perlawanan yang membara, tapi juga semangat dalam bergotong-royong. Hal itu dibuktikan dengan para peserta aksi yang mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan konsumsi selama demonstrasi berlangsung.
Sejak pemberangkatan dari Pati, warga telah mempersiapkan berbagai perlengkapan dapur. Dari pantauan saat di lokasi, tampak warga saling bahu-membahu mengangkut kompor dan gas, bahan makanan seperti telur, tempe, mie, sambal, hingga sayur-mayur.

Menurut salah satu koordinator aksi menjelaskan, bahwa kedatangannya ke gedung KPK ini dalam rangka memberi support serta menuntut agar Sudewo segera ditetapkan sebagai tersangka.
“Kami datang kesini agar Sudewo secepatnya dijadikan sebagai tersangka, dan KPK tidak masuk angin,” paparnya.
Kami datang ke KPK juga membawa perlengkapan peralatan untuk memasak serta bahan kebutuhan dapur juga sudah dibawa dari kampung halaman.
“Kita disini mendirikan dapur umum, tempat untuk memasak. Semua bahan sudah disiapkan, lengkap dengan juru masaknya,” jelasnya.
“Ada sebanyak 20 an orang tukang masak kita ajak dalam rombongan, guna mengolah makanan untuk para peserta aksi. Semua kebutuhan logistik ini merupakan hasil dari donasi masyarakat dan gotong-royong warga Pati,” lanjutnya.
Sementara itu, Teguh Istianto menambahkan, keputusan membawa perlengkapan memasak ini dilandasi kondisi disini (Jakarta) saat ini sedang tidak baik-baik saja, lantaran juga banyak yang berdemo.
“Kita rakyat kecil, kalau makanan kita beli itu sungguh boros, ditambah suasana di Jakarta juga kurang kondusif. Jadi kami memilih untuk memasak sendiri, agar lebih hemat dan juga aman,” jelasnya.
“Pendirian dapur umum ini bukan hanya sekedar logistik saja, melainkan bentuk solidaritas dan semangat juang masyarakat Kabupaten Pati dalam menyuarakan aspirasi mereka di ibu Kota ini,” pungkasnya. Rohman
Komentar