Pati – Cakranusantara.net | Pengertian Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Menurut Brehm dan Kassin Konformitas adalah kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok.
Stanley Milgram (1975) Konformitas adalah perilaku yang mengikuti suatu kelompok yang didorong oleh keinginan individu itu sendiri, dimana kelompok tersebut tidak memiliki suatu hak yang spesial untuk mengarahkan tingkah laku individu tersebut.
Menurut Soerjono Konformitas merupakan penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengidahkan norma dan nilai masyarakat.
Contoh dari konfomitas adalah ketika menengok orang sakit, orang akan membawakan buah atau makanan lainnya, atau saat ketika hendak mengambil uang di ATM, orang akan menunggu giliran dengan cara mengantri.
Tujuan dan Manfaat Konformitas
Tujuan konformitas
1. Untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok.
2. Agar seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya.
3. Untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman.
4. Seseorang akan merasa lebih diterima oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sesuai dengan lingkungan sekitar.
Manfaat Konformitas
1. Sesuatu yang diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan adanya konformitas.
2. Seseorang dapat berprilaku sesuai dengan yang diharapkan kelompoknya.
3. dapat terubahnya persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dengan norma kelompok
Ciri-ciri konformitas
Sears (1991:81-86) mengemukakan secara eksplisit bahwa konformitas remaja ditandai dengan hal sebagai berikut :
1. Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan seseorang dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.
2. Kesepakatan
Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga seseorang harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.
3. Kepercayaan
Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang
sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan.
4. Persamaan Pendapat
Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun. Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi dengan persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi
5. Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada seseorang membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman adalah salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan. Dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar.
Jenis Konformitas
Bentuk konformitas seseorang terhadap orang yang mempengaruhinya
berbeda-beda bergantung pada siapa dan bagaimana proses pengaruh sosial
itu dilakukan. Ada beberapa tipe konformitas, yaitu:
1. Tipe konformitas membabi Buta. Jika konformitas itu diwarnai sikap masa
bodoh dalam arti meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang
lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan,
pemikiran dan/atau perasaan.
2. Tipe konformitas identifikasi. Jika konformitas diwarnai dengan kharisma
dari orang yang mempengaruhi sehingga seseorang yang dipengaruhi
percaya, mengakui, menerima, tanpa rasa takut akan sanksi atas sikap nonkonformitasnya, dan juga tanpa harapan akan imbalan atas sikap
konformitasnya.
3. Tipe konformitas internalisasi. Jika konformitas diwarnai sikap kebebasan
untuk menentukan konformitas atau non-konformitas dengan didasarkan
pertimbangan rasio, perasaan , pengalaman, hati nurani, dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku.
Jenis konformitas lainnya, yakni :
1. Compliance yaitu konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk
mendapat hadiah atau menghindari hukuman.
2. Acceptance, yaitu ada beberapa hal yang dapat kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut,
tidak sepenuhnya kita ingkari.
Sebab terjadinya Konformitas
Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas menurut David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985 adalah:
1. Kurangnya Informasi. Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.
2. Kepercayaan terhadap kelompok. Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok
3. Kepercayaan diri yang lemah. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun
tingkat konformitasnya
4. Rasa takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ibi terhadap tingkat konformitas individu.
5. Kekompakan kelompok. Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.
6. Kesepakatan kelompok. Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.
7. Ukuran kelompok. Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama
8. Keterikatan pada penilaian bebas. Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.
9. Keterikatan terhadap Non-Konformitas. Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu
Akibat dan Cara Terjadinya Konformitas
Akibat konformitas
1. Perilaku yang berbeda dari aturan kelompok dianggap suatu pelanggaran
walaupun seseorang berprilaku benar
2. Ada suatu “tekanan” yang tidak kelihatan dari lingkungan sekitar yang
memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan
kelompok .
3. Karakter dan ciri diri sendiri menjadi hilang ditelan ganasnya gelombang
konformitas itu
Cara terjadinya konformitas
1. Menurut ( Ross, Bierbauer & Stoffman, 1976 ) pada teori Social Comparison
Theory, seseorang akan konform dengan kelompoknya karena ia menilai bahwa
kelompok tersebut benar, dan dia merasa takut kalau ditolak.
2. Kemungkinan lain terjadinya konformitas adalah karena adanya konflik. Apabila ada perbedaan pendapat antara seseorang dengan kelompoknya maka akan timbul perasaan tidak enak. Dalam kondisi demikian, jelas yang paling aman adalah konformitas
Penyimpangan
Menurut Bruce J. Cohen Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
Menurut Gillin Perilaku menyimpang adalah perilaku yang menyimpang dari norma dan nilai sosial keluarga
dan masyarakat yang menjadi penyebab memudarnya ikatan atau solidaritas kelompok.
Menurut Lewis Coser Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk
menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
Menurut James Vander Zenden Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
Menurut Paul B. Horton Mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai
pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Menurut Robert M.Z. Lawang Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
Penyebab Penyimpangan
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/ kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu ;
1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas.
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang.
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang.
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5.Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari subkebudayaan.
Faktor-faktor penyebab penyimpangan sosial
Faktor dari dalam adalah intelegensi atau tingkat kecerdasan, usia, jenis kelamin dan kedudukan seseorang dalam keluarga. Misalnya: seseorang yang tidak normal dan pertambahan usia.
Faktor dari luar adalah kehidupan rumah tangga atau keluarga, pendidikan di Sekolah, pergaulan dan media massa. Misalnya: seorang anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan atau narkoba.
Pergaulan individu yang berhubungan teman-temannya, media massa, media cetak, media elektronik.
Bentuk Perilaku Menyimpang Berdasakan Sifat
Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
Penyimpangan bersifat negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk seperti pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.
Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain;
Penyimpangan primer (primary deviation) yakni penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.
Sedangkan Penyimpangan sekunder (secondary deviation) adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk
Bentuk Perilaku Menyimpang
Berdasarkan pelakunya dibagi menjadi 3 macam :
1. Penyimpangan individual (individual deviation)
Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan.
Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya.
Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.
2. Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.
Misalnya, sekelompok orang menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
3. Penyimpangan campuran (combined deviation)
Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki Organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku.
Misalnya, remaja yang putus sekolah dan pengangguran yang frustasi dari kehidupan masyarakat, dengan di bawah pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke dalam organisasi rahasia yang menyimpang dari norma umum (geng).
Penggolongan Perilaku Menyimpang
Tindakan non-conform, yaitu tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku.
Contohnya: mengenakan sandal jepit ke sekolah, meninggalkan jam-jam elajaran, merokok di area larangan merokok, membuang sampah bukan pada tempatnya dan sebagainya.
Tindakan antisosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan itu antara lain: menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinginan untuk bunuh diri, minum-minumman keras, menggunakan narkotika, dan lain-lain.
Tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.
Misalnya: pencurian, perampokan, perkosaan, pembunuhan, korupsi dan lain-lain.
Jenis-jenis Penyimpangan Sosial
Jenis-jenis penyimpangan sosial terdiri dari 4 jenis , yakni :
1. Tawuran atau perkelahian antar pelajar
Perkelahian termasuk jenis kenakalan remaja akibat kompleksnya kehidupan kota yang disebabkan karena masalah sepele.
2. Penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras
Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan narkotika dan narkoba tanpa izin dengan tujuan hanya untuk memperoleh kenikmatan.
Penyimpangan sosial yang timbul adalah
pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, perampokan.
3. Hubungan seksual
Hubungan seks di luar nikah, pelacuran dan HIV/AIDS merupakan penyimpangan sosial karena
menyimpang norma sosial maupun agama.
4. Tindak kriminalitas
Tindak kriminal adalah tindak kejahatan atau tindakan yang merugikan orang lain dan melanggar norma hukum, norma sosial dan norma agama.
Misalnya: mencuri, menodong,
menjambret, membunuh, dan lain-lain. Disebabkan karena masalah kesulitan ekonomi. Dan merupakan profesi atau pekerjaanya karena sulit mencari pekerjaan yang halal.
Penggolongan Perilaku Menyimpang ada 5 jenis kejahatan:
1. Kejahatan tanpa korban (crime without victim) adalah kejahatan yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain.
Contohnya; berjudi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya.
2. Kejahatan terorganisir (organized crime) adalah pelaku kejahatan merupakan komplotan yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum.
Contohnya; komplotan korupsi, penyediaan jasa pelacur.
3. Kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah kejahatan yang mengacu pada kejahatan orang-orang terpandang atau berstatus tinggi.
Contohnya; korupsi, kolusi.
4. Kejahatan kerah biru (blue collar crime) adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang golongan rendah. Contohnya mencuri jemuran, sandal di masjid dan sebagainya.
5. Kejahatan korporat (corporate crime) adalah jenis kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian.
Contohnya, suatu perusahaan membuang limbah beracun ke sungai yang mengakibatkan penduduk sekitar mengalami berbagai jenis penyakit.
Pencegahan Penyimpangan Sosial
Pencegahan penyimpangan sosial dapat melalui :
Keluarga merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang anak. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu sebaliknya.
Lingkungan tempat tinggal dan teman sepermainan
Lingkungan tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk melakukan penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan tempat tinggal yang baik, warganya taat dalam melakukan ibadah agama dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan memengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan begitu juga sebaliknya.
Media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah
pencegahan agar tidak terpengaruh akibat media massa adalah apabila kamu ingin menonton acara di televisi dengan memilih acara yang bernilai positif dan menghindari tayangan yang dapat membawa pengaruh tidak baik.
Teori Perilaku Menyimpang
a. Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )
Teori ini dikemukakan oleh Edwin H. Sutherland. Menurut teori ini, penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang.
Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya (cultural transmission) . Melalui proses ini seseorang mempelajari suatu subkebudayaan menyimpang (deviant subculture).
Contohnya perilaku siswa yang suka bolos sekolah. Perilaku tersebut dipelajarinya dengan melakukan pergaulan dengan orang-orang yang sering bolos sekolah.
Melalui pergaulan itu ia mencoba untuk melakukan penyimpangan tersebut, sehingga menjadi pelaku perilaku menyimpang.
b. Teori Labelling
Teori ini dikemukakan oleh Edwin M. Lemert . Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang karena proses labelling yang diberikan masyarakat kepadanya.
Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif kepada seseorang yang telah melakukan penyimpangan primer (primary ceviation ) misalnya pencuri, penipu, pemerkosa, pemabuk, dan sebagainya. Sebagai tanggapan terhadap cap itu, si pelaku penyimpangan kemudian mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangannya sehingga terjadi dengan penyimpangan sekunder (secondary deviation).
Alasannya adalah sudah terlanjur basah atau kepalang tanggung.
c. Teori Fungsi
Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Menurut teori ini, keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda satu sama lain.
Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisik, dan keturunan. Oleh karena itu dalam suatu masyarakat orang yang berwatak jahat akan selalu ada, dan kejahatanpun juga akan selalu ada.
Durkheim bahkan berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
d. Teori Konflik
Teori ini dikembangkan oleh penganut Teori Konflik Karl Marx. Para penganut teori ini berpandangan bahwa kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme.
Sehingga perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
Pandangan ini juga mengatakan bahwa hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
e. Teori Tipologi Adaptasi
Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton mencoba menjelaskan Penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, di mana tujuan tersebut adalah hal-hal yang pantas dan baik.
Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka akan terjadi penyimpangan.
Berbagai contoh penyimpangan sosial di
masyarakat, antara lain :
1. Tawuran antar golongan maupun kelompok.
2. Anak dibawah umur yang merokok dan minum minuman miras.
3. Perjudian.
4. Maraknya prostitusi.
5. Tindak kriminal asusila.
6. Pergaulan bebas.
7. Pacaran.
8. Aksi bullying.
9. Balap liar.
10. Perampokan.
11. Tindak kriminal pembunuhan.
12. Melanggar tata tertib lalu lintas.
13. Penggunaan Narkoba.
14. Melakukan hubungan pra-nikah.
15. Mengagung-agungkan budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
16. Pornografi.
17. Tidak menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, sebaya, maupun yang lebih muda.
18. Perusakan tempat ibadah agama lain.
19. Membuang sampah sembarangan.
20. Berkata kasarserta tidak sopan terhadapat orang lain, dsb.
(Red)
Komentar