
Cakranusantara.net, Pati || Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) yang juga merupakan Anggota MPR-RI, Firman Soebagyo, S.H., M.H menggelar sosialisasi pemantapan wawasan kebangsaan sosialisasikan empat konsensus dasar di Desa Mojo, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Sabtu (13/12/2025) siang.
Kades Mojo meminta agar bendunggan di Desanya yang sudah rusak hingga belasan tahun nanti bisa segera di bangunkan, supaya ketika musim kemarau tetap bisa tanam.
“Ia berharap, apa yang menjadi keinginan petani bisa terpenuhi, semoga di tahun 2026 nanti, bendungan bisa terealisasi. Sehingga warganya bisa menerima manfaatnya,” harap Kades Mojo.
Firman Soebagyo, S.H., M.H menyampaikan bahwa kehadirannya kemari bukan sebagai DPR. Akan tetapi sebagai anggota MPR dari fraksi partai Golkar, MPR memiliki tugas-tugas pokok diantaranya, menjalankan sosialisasi terkait pemantapan wawasan kebangsaan dan sosialisasi empat Konsensus Dasar.
“Oleh karena itu, berbicara tentang empat pilar wawasan kebangsaan merupakan konsep yang dikembangkan untuk membuka kesadaran bangsa Indonesia yang sangat kami perlukan. MPR sebagai pilar keempat sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang Dasar (UUD) 1945, salah satunya adalah ideologi Pancasila secara globalisasi,” papar Firman Soebagyo.

Pada kesempatan itu, Firman juga menyinggung tentang peristiwa yang telah terjadi di Kabupaten Pati, yakni terjadinya demo pada beberapa waktu yang lalu dan viral se Nusantara bahkan internasional. Sehingga menjadi pembahasan publik.
“Oleh karenanya, berbicara tentang ideologi Pancasila yaitu sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yang maha Kuasa, sehingga kita harus melakukan ibadah terhadapnya,” sambungnya.
Kemudian Kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab, ini merupakan suatu penghormatan pengakuan didalam segala hal, kita harus melihat, bahwa ideologi negara kita ini masih belum terpenuhi, saya kemarin marah karena nilai-nilai kemanusiaan yang terjadi di Aceh belum mencerminkan keberadaban. Dimana posisi banjir yang begitu luar biasa dan itu terjadi akibat pola dan perilaku tangan-tangan kotor yang tidak bertanggung jawab.
“Bahkan, dua hari setelah bencana alam terjadi bersama Bu Titik Soeharto, ada anak kita yang belum ditemukan hingga sekarang, namun masih ada mobil tronton yang mondar-mandir mengangkut kayu balok, ini luar biasa dan tidak ada rasa empati sama sekali. Kita harus bisa diberikan pemahaman tentang itu, sehingga bisa menghentikan kegiatan-kegiatan yang seperti itu,” keluh Wakil Ketua fraksi partai Golkar itu. Rohman







Komentar