Pati – Cakranusantara.net | Kepolisian Resort Kota (Polresta) Pati laksanakan giat Apel Kebangsaan dan Kirab Merah Putih dalam rangka “MERAJUT KEBHINEKAAN DALAM BINGKAI NKRI” diikuti 7000 orang dari berbagai elemen masyarakat di Alun-Alun Simpang Lima Kabupaten Pati.
Hadir dalam Kegiatan tersebut, Plt Kapolresta Pati beserta Jajarannya, Pj Bupati Pati, Ketua DPRD, Forkompimda, Sekda, PJU Polresta, Kepala OPD, Kepala Sekolah/ Kampus (Rektor), Pengasuh Ponpes dan Akademisi, Ketua Ormas, Perwakilan Pasopati, FKUB, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat berpengaruh di Kabupaten Pati, serta tamu undangan lainnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kapolresta Pati AKBP Christian Tobing melalui Kasubaghumas Polresta Pati AKP Pujiati kepada media menyampaikan, bahwa maksud dan tujuan pelaksanaan apel kebangsaan dan kirab merah putih ini, dalam rangka perwujudan TNI, Polri, Pemerintah Daerah, Ormas, Pelajar dan masyarakat tetap solid mendukung pembangunan dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Bersinergi dan membangun rasa kebangsaan untuk menguatkan rasa nasionalisme, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan, menjunjung tinggi perbedaan demi keutuhan NKRI,” katanya. Sabtu (12/11/2022).
Dalam Amanat Inspektur upacara, Pj. Bupati Pati Henggar Budi Anggoro menyampaikan, bahwa sebagaimana kita ketahui bersama istilah Hubbul Wathoni Minal Iman (Cinta Tanah Air) adalah bagian dari iman, ini membuktikan bahwa agama dan nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara.
“Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Agama memerlukan tanah air sebagai lahan dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air memerlukan siraman-siraman nilai-nilai agama agar tidak tandus dan kering,” tuturnya.
Baca juga; Pj Bupati Pimpin Apel Kebangsaan, Lepas Kirab 1.500 Meter Bendera Merah Putih
Agama tanpa nasionalisme akan menjadi ekstrem sedangkan nasionalisme tanpa agama akan kering. Hal ini terbukti ketika fenomena ekstrem agama justru lahir dari orang dan kelompok orang yang terlalu ekslusif dan sempit dalam memahami agama, tanpa memperhatikan realita sosial kehidupan. Jika agama diartikan sebagai jalan hidup sudah semestinya.
“Agama berperan dalam realitas kehidupan, dalam konteks tersebut realitas bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk menuntut seluruh elemen bangsa menjaga dan merawat Persatuan dan Kesatuan. Disinilah prinsip Cinta Tanah Air harus diteguhkan,” lanjutnya.
Merah Putih merupakan lambang negara, lambang harga diri, dan kehormatan Bangsa Indonesia, juga sebagai pemersatu Bangsa. Sebagai Bangsa yang Cinta Tanah Air, kita tidak boleh terpecah belah karena kemerdekaan ini diraih berkat perjuangan Pergerakan Rakyat.
“Bahaya yang kita hadapi saat ini bukan lagi penjajahan secara fisik, akan tetapi dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, ibarat dua mata uang, satu sisi dia memberikan jaminan kecepatan informasi, sehingga memungkinkan masyarakat kita untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dalam pengembangan sumber daya manusia serta daya saing,”
Namun, pada sisi lain perkembangan ini mempunyai dampak negatif, informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari berita hoax, narkoba, pergaulan bebas hingga radikalisme dan terrorisme serta Pandemi Covid saat ini juga masuk dengan mudahnya apabila kita tidak dapat membendung dengan filter ilmu pengetahuan dan karakter positif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Mari kita tunjukan kontribusi kita kepada masyarakat, untuk membangun negeri, sesuai dengan potensi, profesi masing-masing guna menjawab tantangan saat ini, dan yang akan datang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tangguh, berdaya saing, penuh dengan daya kreasi yang tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain di dunia,”
Walaupun kita berbeda suku, berbeda pemikiran. Namun tetap satu, yaitu Indonesia. Kita boleh tidak sama tetapi harus bisa bekerja sama. Saya mengajak kita semua yang hadir disini sebagai penerus Perjuangan Bangsa untuk selalu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
“Mari kita jaga NKRI ini dengan sebaik-baiknya demi terwujudnya Indonesia Tumbuh dan Indonesia Tangguh, yang berdaulat, nandiri dan berkepribadian berlandaskan Gotong royong,” tandasnya.
(Red)
Komentar