oleh

Dugaan Manipulasi SMP Citra Nusa Harus di Berantas

 

Jakarta – Cakranusantara.net | Dugaan Manipulasi nilai Rapor dan Ujian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Citra Nusa sebagai sekolah swasta terbaik ke-3 se-Kabupaten Bogor menjadi bahan pertanyaan dan menjadi isu kurang sedap di kalangan masyarakat, karena 65 murid kelas IX terakreditasi A, sekolah itu berdiri sejak 1 Maret 2005 diterima di 3 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Favorit Cibinong.

Hal itu di ungkapkan Kurnia Zakaria, lanjutnya, Dugaan manipulasi nilai raport dan ujian sekolah dimana alumni murid SMP Citra Nusa gagal masuk tes tertulis di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Cibinong, sekolah ini merupakan favorit, akan tetapi menerima banyak calon murid lulusan dari SMP lain, yang justru gagal masuk di SMAN 1, 2 dan 3 Cibinong.

Rumor yang beredar ini tidak bisa dijawab, baik dari Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Citra Nusa Sherly Mareta maupun pihak Yayasan Surya Purnama Jaya sebagai yayasan yang nenaungi SMP dan SMA Citra Nusa. Protes dugaan kecurangan yang dilakukan oleh para orang tua murid, baik dari SMP swasta maupun SMP Negeri Kabupaten Bogor yang merasa dirugikan dalam persaingan memperebutkan kursi sekolah SMAN favorit itu belum ada tanggapan juga dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Bogor Jumanda Dimansyah,” imbuhnya.

Saya melihat, ini sebagai salah satu contoh jika Kepsek dan guru-guru SMP Citra Nusa yang diduga telah melakukan manipulasi nilai Rapor dan Ujian Sekolah, maka betapa hancurnya nilai moralitas dan etika norma-norma dunia Pendidikan.

“Hal itu dilakukan hanya demi meningkatkan status SMP Citra Nusa menjadi SMP terbaik di Kabupaten Bogor dengan bayaran SPP perbulan Rp. 450 ribu rupiah dan kegiatan pendidikan sebesar Rp. 4.980.000,-/per tahun, yang mungkin terjangkau hanya untuk warga masyarakat Cibinong kelas nenengah ke atas,” lanjutnya lagi.

Memang dalam ukuran masyarakat SMP favorit alumninya paling banyak diterima di SMAN Favorit. Tetapi apa menjamin mutu sekolah dan siswanya bagus bila nilainya hasil “kantrolan” guru sekolahnya, bukan nilai yang sebenarnya.

“Nilai-nilai luhur Pendidikan, utamakan Kejujuran, Prestasi dengan sehat (fair play), Karakter, Moralitas dan Etika akan hancur demi kepentingan siswa dan orang tuanya yang menghalalkan segala macam cara dalam persaingan yang tidak sehat antar sekolah,” ujarnya.

Justru inilah pemicu akan budaya Korupsi dan Suap yang tidak bisa dihilangkan di bumi Indonesia, justru malah diajarkan oleh guru dan dilakukan almamater sekolahnya sejak usia remaja.

“Perlu ada audit dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan juga Bupati Bogor harus bertindak atas kejadian ini,” tandas Kurnia Zakaria yang juga Dosen di Universitas Jakarta.

(RN-RedCN)

Komentar

Tinggalkan Balasan